Ambon – Suasana penuh antusiasme menyelimuti ruang kuliah umum Jurusan Kehutanan Universitas Pattimura, (26|2|2025). Sejumlah besar mahasiswa berkumpul, bukan sekadar untuk duduk dan mendengar, tetapi untuk ikut larut dalam diskusi kritis mengenai masa depan hutan dan pangan Maluku.
Kuliah umum kali ini mengangkat tema strategis: “Pemantapan Kawasan Hutan untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan di Provinsi Maluku.” Kegiatan tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Jurusan Kehutanan Unpatti dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan Tata Lingkungan (BPKHTL) Wilayah IX. Kepala BPKHTL Wilayah IX, Bapak Suleman Patiung, S.Hut., M.S.P., hadir langsung sebagai pemateri utama, sementara diskusi hangat dipandu oleh moderator Dr. Evelin Parera, dosen Jurusan Kehutanan Unpatti.

Dalam sambutannya, Dr. Irwanto, Ketua Jurusan Kehutanan Unpatti, menekankan pentingnya memperkuat sinergi antara institusi pendidikan dan lembaga pemerintah dalam merespons tantangan ketahanan pangan. “Hutan kita bukan hanya paru-paru dunia, tapi juga dapur yang menyuplai pangan lokal secara berkelanjutan,” ungkapnya. Ia juga mendorong mahasiswa agar menjadikan kegiatan ini sebagai momentum untuk membuka wawasan dan ikut terlibat aktif dalam pembangunan bangsa dari sektor kehutanan.
Paparan Bapak Suleman Patiung membuka mata peserta tentang bagaimana kawasan hutan yang dipetakan dan ditetapkan secara legal memiliki peran krusial dalam menjamin ketersediaan dan keberlanjutan sumber pangan, khususnya di wilayah kepulauan seperti Maluku. “Pemantapan kawasan hutan bukan sekadar pekerjaan teknokratik,” tegasnya. “Ia adalah fondasi yang memastikan bahwa kebijakan pangan nasional dapat berjalan dalam kepastian ruang dan hukum.” Lebih jauh, Suleman menjelaskan berbagai langkah konkret yang tengah dan akan dilakukan oleh BPKHTL Wilayah IX, termasuk pemetaan partisipatif, harmonisasi tata ruang, dan penguatan kelembagaan desa-desa penyangga kawasan hutan. Semua ini, katanya, merupakan bagian dari upaya mendukung program prioritas Presiden Republik Indonesia dalam bidang ketahanan pangan nasional.

Yang menarik, kuliah umum ini bukan forum satu arah. Sejumlah mahasiswa menunjukkan keberanian dan ketajaman berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukan—mulai dari aspek kebijakan, tantangan di lapangan, hingga peluang kolaborasi riset. Suleman menyambut setiap pertanyaan dengan semangat. “Saya senang melihat semangat kritis yang ditunjukan mahasiswa kehutanan Unpatti,” katanya sambil tersenyum. Sebagai bentuk apresiasi, ia bahkan membagikan hadiah kepada penanya aktif, membuat suasana ruang kuliah semakin hidup dan dinamis. Dalam penutupnya, Kepala BPKHTL Wilayah IX menyampaikan ajakan terbuka kepada mahasiswa dan dosen Jurusan Kehutanan Unpatti untuk melakukan kolaborasi riset, magang, hingga program pengabdian masyarakat bersama lembaganya. “Silakan datang ke kantor kami, ajak diskusi, ajukan ide. Kita akan dukung. Karena membangun hutan, membangun bangsa, tidak bisa dilakukan sendiri,” ujarnya.
Kuliah umum ini menegaskan bahwa kampus bukan hanya ruang belajar, tapi juga ruang bertumbuhnya komitmen dan kolaborasi untuk masa depan yang lebih hijau dan berdaulat pangan. Di tengah krisis iklim dan tantangan pangan global, kehutanan tak lagi bisa berdiri sendiri—ia harus hadir sebagai kekuatan solutif dan transformatif. Dan hari itu, di kampus kehutanan Unpatti, semangat itu terasa begitu nyata. Hutan, pangan, dan masa depan bangsa sedang diperbincangkan bukan hanya oleh para ahli, tapi juga oleh para calon pemimpin masa depan—mahasiswa kehutanan yang hari ini mendengar, bertanya, dan siap bergerak.
(JHP)